Jumat, 18 Juli 2008

Visi Bangsa Perlu Dirumuskan Bersama

Dicuplik dari Rubrik Politik & Hukum di Harian KOMPAS, Senin, 16 Juni 2008 halaman 4

Surabaya, KOMPAS – Seorang pemimpin Indonesia harus memiliki visi ke depan. Visi tersebut perlu dirumuskan bersama berdasarkan cita-cita bangsa.
“Visi bangsa ke depan perlu dirumuskan bersama sehingga menjadi konsensus nasional yang baru. Jangan seperti sekarang, sepuluh tahun setelah reformasi malah kebablasan dan seperti tidak tahu arah”, tutur Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhamadyah Din Syamsuddin sebelum membuka Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Wilayah Muhammadiyah Jatim di Kantor Pimpinan Muhammadiyah Jatim di Surabaya, Minggu (15/6).
Dalam acara itu diresmikan pula gedung baru Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jatim di Jalan Kartomenanggal, Surabaya.

Din mengatakan, seorang pemimpin Indonesia harus memiliki keterampilan mengelola Negara (managerial skill). Dengan keterampilan itu, sosok tersebut mampu menggalang potensi-potensi beragam yang ada di Indonesia. “Jadi pemimpin Indonesia harus bisa menjadi solidarity maker. Moral juga penting, kejujuran itu mutlak”, ujar Din.
Saat ini, kata Din, masing-masing pihak hiruk-pikuk mengekspresikan diri dalam egoisme kelompok. Akibatnya, hanya terjadi kericuhan dan Indonesia kehilangan momentum.
Semestinya, kata Din, ada yang yang memprakarsai perumusan cita-cita bersama ini, baik dari pemimpin formal maupun pemimpin nonformal.
Jika tidak ada yang memprakarsai, setiap institusi termasuk Muhammadiyah dapat menciptakan model-model serupa.
Kendati demikian, Din menyatakan Muhammadiyah tidak mempersiapkan diri untuk memprakarsai penyusunan visi bangsa secara khusus.
“Kami tidak ingin disebut pahlawan di siang bolong dan Muhammadiyah tidak berpretensi apa-apa”, ujarnya.
Adapun mengenai kader Muhammadiyah yang direkrut untuk kepentingan politik, menurut Din, hal itu sudah biasa terjadi.

Konsultasi dulu
Mengenai kemungkinan akan dilamar untuk menjadi salah satu calon pemimpin Indonesia, Din mengatakan akan berkonsultasi dengan para pengurus Muhammadiyah terlebih dahulu.
Jika diperbolehkan, baru dilihat dengan siapa dan kemungkinan kemenangannya. (INA).

Tidak ada komentar: